Ramadhan hampir usai. Berarti lebaran akan segera datang.
Tidak sedikit orang yang mulai menghitung mundur datangnya hari dimana sholat
idhul fitri akan ditegakan. Menunggu hari semua sanak saudara jauh datang (bagi
orang yang lebih tua, tapi bagi yang lebih muda siap-siap aja datang
mengunjungi kerabat yang lebih tua).
Para sesepuh dalam keluarga mulai mempersiapkan
rumah mereka untuk menyambut tamu-tamu yang mungkin hanya datang setahun sekali
(emangnya silaturahim hanya saat lebaran saja). Mereka membersihkan rumah
mereka. Melapisi didnding dan pagar dengan cat yang baru. Mulai
memnyiapkan hidangan yang akan disuguhkan.
Anak-anak kecil bergembira karena akan mendapatkan
baju baru untuk lebaran (Madang bener sih nasip mereka mau baju baru aja nunggu
lebaran). Mereka menunggu
saat-saat berkumpul bersama anak-anak lain untuk menyalakan kembang api. Dan
tidak bisa dipungkiri lagi mereka menunggu uang jajan tambahan yang akan
dibagikan saat berkunjung di rumah kerabat nanti(nah kan ketahuan ni bahwa
tidak sedikit orang pelit yang menunggu lebaran untuk ngasih uang kekeponakan
atau cucuk mereka).
Swalayan dan pusat perbelanjaan di serbu oleh
pembeli. Pasti semua orang sudah tau apa yang dicari. Mereka berburu baju sudah
pastilah. Yang memmbuat aku heran kenapasih mereka beli baju saja nunggu
lebaran kah harganya baju saat lebaran melonjak bahkan sampai dua kali lipat.
Kalau pun ingin baju baru yang dipakai saat
lebaran kenepa mereka ngak baju jauh-jauh hari kemudian disimpan dulu itukan
jauh lebih hemat. Selain itu juga lebih puas milihnya karena ngak perlu
berdesak-desakan. Tidak perlu ngantri kamar pas. Selain itu berani jamin deh
mesti SPGnya juga jauh lebih ramah karena pengunjungnya lebih sepi.
Gula, teh, surup, dan kue kering juga menjadi
buruan favorit. Tidak hanya digunakan untuk keperluan pribadi, tapi juga
dijadikan oleh-oleh favorit saat berkunjung kerumah saudara. Dasar tidak
kreatif. Mereka tidak pernah berfikir apa kalo semua orang bawa oleh-oleh yang
sama justru malah mubadzir. Kenapa sih mereka ngak kepikiran bawa diterjen,
beras, shampo, sabun, pasta gigi, buah-buahan itu pasti akan lebih berguna dan
dikenang.
Sebagian besar orang sudah mulai mempersiapkan
diri untuk menyambut datangnya bulan syawal itu. Mereka yang tingal ditanah rantau sudah
bersiap-siap untuk kembali pulang menengok orang tua dan kerabat di kampung
halaman yang telah lama ditinggalkan.
Ini adalah musim panen bagi pengusaha angkutan
umum. Bahkan aku berani menebah keuntungan mereka naik beberapa kali libat bahkan
jika dibandingkan pada musim liburan sekolah. Disinilah hukum pasar bekerja,
karena begitu banyak permintaan tiket harganya pun melonjak hingga entahlah
berapa kali lipat (jujur saja ya aku todak tau karena belum pernah mudik saat
lebaran. Maklumlah penulis adalah penduduk pribumi asli jadi ngak perlu medik).
Kalaupun naik kendaraan pribadi jangan dikira bisa
pulang lebih cepat. Kalian akan berhadapan dengan musuh utama pengguna jalan
yaitu kemacetan. Sepertinya pemilik jalan dinegeri kita tercinta ini belum bisa
mengatasi masalah rutin yang entah sudah dimulai sejak (seingat ku sih memang
selalu macet saat lebaran).
Semoga saja tidak ada yang sial, sehingga mereka
haris berjumpa dengan ”penguasa jalan” yang telah lama memmpersiapkan siri
untuk ”menyambut” kedatangan para pemudik. Mereka telah bersiap untuk
”mengamankan” barang bawaan pemudik mulai dari oleh-oleh, kendaraan, barang
bawaan hingga uang pemudik.
”Penguasa jalan” kita belajar dengan capat
terhadap perkembangan musim, ternologi dan kebutuhan masyarakat. Semakin lama
mereka semakin kreatif dan inovatif dalam menjalankan tugas mereka. Butkinya
aja mereka sampai sekarang belum punah meskipun sudah diburu bertahun-tahun
oleh berbataleon-bataleon apatarat kepolisian.
Meskipun berprasangka buruk itu dilarang. Tapi
untuk saat seperti ini menurutku sih ngak apa-apa sedikit berprasangkan buruk
kepada orang-orang yang tidak dikenal. Ini penting bagi kemanan dan keselamatan
harta dan nyawa kita.
Bank juga ikut
bersaing (terutama bank Indonesia ).
Mau tau mereka ngapain nyerbu bank. Jawabannya
sangat selas, mereka menukarkan uang menjadi pecahan kecil. Maklum kalo semua
dikasih dalan jumlah yang besar bisa bokek nih para sesepuh keluarga.
Eit ada lagi yang ramai. Toko mas. Bagi mereka
yang memiliki gengsi yang tinggi dan tukang pamer. Mereka selalu menyempatkan
diri mengunjungi toko emas. Entah apa yang mau sibeli gelang, cincin, atau
kalung. Yang penting gaya
lah. Setelah lebaran selesai toko mas kembali kaya. Tapi kali ini giliran toko
emas yang membeli perhiasan. Herannya itu konsumen g mikir apa, kalau mereka
itu rugi setelah jual emas. Dimana-mana
harga jual itu lebih rendah dari harga beli.
Ok, itu semua adahah hal yang rutin terjadi saat
lebaran. Semoga ada hal yang baru yang lebih menantang saat lebaran tahun ini.
Hanya agar kita tidak terjebak dalam rutinitas yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar